(Yogyakarta, 2025) Plastik menjadi produk yang tidak terlepaskan dari keseharian kita sejauh ini, hal ini tidak lain karena plastik merupakan bahan kemasan paling umum yang digunakan di seluruh dunia. Plastik PET (Polyethylene Terephthalate) adalah jenis plastik yang umum digunakan dalam kemasan minuman, makanan, dan produk rumah tangga. Sayangnya, volume sampah PET terus meningkat seiring konsumsi global, menyebabkan krisis pencemaran plastik. Plastik PET memiliki keunggulan dimana produk ini bisa didaur ulang menjadi produk yang bernilai ekonomi. Gerakan rPET (recycle-PET) muncul menjadi solusi atas banyaknya sampah PET yang tidak dikelola dengan baik.
Perkembangan industri makanan dan minuman yang menuntut kepraktisan dalam pengemasan berdampak pada munculnya plastik PET untuk keperluan kemasan. Hal ini sejalan dengan data Badan Pusat Statistik pada akhir tahun 2024, dengan indikasi Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi sampah plastik yang tinggi. Merujuk data BPS diketahui bahwa jumlah sampah plastik yang dihasilkan selama satu tahun adalah sekitar 12% dari total sampah nasional atau sekitar 7,68 juta ton per tahun. Di Indonesia, pada tahun 2024, diperkirakan ada sekitar 2.591.806,31 kg sampah PET yang dikelola melalui Bank Sampah (Ditjen PSLB3 KLHK). Data ini menunjukkan bahwa sampah PET merupakan salah satu jenis sampah anorganik yang signifikan di Indonesia.
Selayaknya sampah plastik, sampah plastik PET memerlukan waktu ratusan tahun untuk terurai secara sempurna. Akumulasi sampah PET dapat berdampak pada pencemaran ekologis yang mengganggu kelestarian lingkungan. Timbunan sampah PET dalam tanah dapat mempengaruhi kesuburan tanah. Kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah dengan cara dibakar juga mampu memberikan pengaruh negatif. Hal ini karena pembakaran sampah PET mampu menghasilkan asap beracun berupa dioksin yang berbahaya untuk kesehatan manusia. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa masalah pernapasan, gangguan saraf, dan masalah pencernaan.
Permasalahan ini memerlukan solusi yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah PET diperlukan untuk menutup rantai sampah dan menjadikan sampah PET sebagai potensi ekonomi yang baru. Gerakan rPET merupakan solusi tepat sasaran yang mengarah pada upaya daur ulang untuk menghasilkan produk baru yang memiliki nilai ekonomis. Pengolahan sampah PET ini dapat menghasilkan berbagai produk baru, mulai dari serat poliester untuk pakaian dan tekstil, hingga komponen otomotif dan wadah makanan. Selain itu, PET daur ulang juga dapat digunakan dalam industri pengemasan. Daur ulang PET dapat dilakukan dalam dua cara yang meliputi cara mekanis dan kimia. Secara mekanis proses dilakukan dengan memecah dan membentuk kembali PET. selain itu secara kimia dapat dilakukan dengan memecah PET menjadi monomer dan kemudian membentuk kembali menjadi polimer.
Proses daur ulang PET memberikan berbagai manfaat, termasuk pengurangan sampah plastik, pengurangan penggunaan bahan baku baru, dan pengurangan emisi karbon. Upaya ini mampu menekan nilai produksi dan menciptakan produk dengan harga yang lebih murah namun memiliki kualitas yang tetap baik. Keberlanjutan dalam dunia industri diperlukan sebagai langkah awal untuk mencapai kelestarian lingkungan. Sehingga rantai pasok produksi tidak menimbulkan limbah yang mampu memberikan dampak negatif. Kondisi ini dapat tercipta dengan menerapkan pemikiran daur hidup dari plastik PET.
Oleh : Dani Abyan Adam